Masa-masa Indah bersamamu

Saat itu, saya harus berangkat dari Bandung menuju serang dengan menggunakan motor. Terpaksa saya lakukan karena saya butuh motor sebagai kendaraan untuk aktivitas di serang. Saya baru mendapatkan pekerjaan di serang. Saya ambil pekerjaan tersebut untuk menghidupi istriku yang tercinta sehingga kami harus pindah dari Bandung ke Serang.

Pekerjaan yang terpaksa saya ambil dengan penuh keraguan karena kontrak yang belum jelas meskipun penuh janji manis yang membuatku semangat, yaitu menjadi Dosen swasta di daerah Serang. Semakin lama saya di sana semakin ragu untuk menggantungkan hidup keluarga kecilku pada yayasan kampus tersebut. Gaji pertama yang kami terima jauh dari apa yang telah dijanjikan kampus tersebut. Miris hatiku, sedihlah sudah namun apa daya, saya harus tetap tegar di depan istriku.

Sebelum mendapatkan gaji pertama, pada pertengahan bulan, motor yang di Bandung harus diambil agar mudah kemana-mana di serang seperti membeli makan, pergi ke tempat kerja, bermalam mingguan bersama istri, dll. Biaya membawa motor dari Bandung ke Serang sangat mahal, saya tidak mempunyai uang cukup untuk itu. Akhirnya, saya bawa sendiri.

Rencana awal, saya mau bawa motor sendiri dan istri naik bis untuk pergi dari Bandung ke Serang. Tetapi, istri saya mau ikut bersama dengan motor untuk pergi ke sana. Saya tidak tega kalau istri saya ikut ke Serang dengan motor karena jaraknya sangat jauh. “A Bud, aku ingin ikut bareng naik motor karena khawatir kalau A Bud sendirian” kata istriku. Saya sangat khawatir kalau dia ikut, terlalu beresiko. 

Namun, dia berhasil membujukku. “Ayo kita sama-sama, sekalian ingin jalan-jalan” kata istriku. “Baiklah biar A Bud juga dapat pelukan dari kamu di belakang” sahutku. Akhirnya, kita memutuskan bersama ke Serang dengan menggunakan motor dari Bandung.

Saat diperjalanan, kami mendapatkan cobaan yang pertama yaitu ban motor bocor. Untunglah ada tukang tambal ban yang tidak jauh. Padahal perjalanan masih jauh baru sampai di kota Cimahi. Sesekali kulihat wajah istriku sambil menunggu proses tambal ban. Dia senyum-senyum sambil foto-foto saya yang lagi menunggu tambal ban. “Maafkan suamimu ini, semoga kau bahagia dan aku akan selalu membahagiakanmu” kata hatiku.

Perjalanan pun kami lanjutkan sambil mengobrol kesana kemari penuh canda dan tawa. Sambil merancang masa depan dan juga mengenang masa lalu saat kita berpacaran. Badan sudah mulai pegal, tak terasa berkendara sudah 1,5 jam. Akhirnya kita memutuskan untuk beristirahat di pom bensin daerah Padalarang sambil buang air kecil dan membeli cemilan. “Istriku memang cantik” begitulah kata hatiku sambil melihat wajahnya. Sesekali saya bilang juga ke dia, “kamu cantik de, A Bud suka”. 

Suatu saat kecantikan itu akan hilang dimakan usia. Kulit pun akan keriput. Tapi yang membuat saya cinta padanya bukanlah kecantikannya melainkan hatinya. Sungguh saya sangat nyaman dekat dengannya. Kebahagiaanku adalah membuat dia bahagia.

Perjalanan pun kami lanjutkan dengan bantuan Google Map dan sesekali bertanya ke orang untuk memastikan arahnya benar. Tak terasa kabupaten Cianjur sudah dilewati. Pemandangannya lumayan bagus udaranya sejuk sampai tibalah kami di mesjid puncak Bogor untuk sholat Dzuhur dan beristirahat sekalian sedikit selfie-selfie.

Tak boleh berlama-lama menikmati alam puncak Bogor karena perjalanan masih jauh. Kami sadari itu dan perut pun sudah mengajak makan siang. Perjalanan pun berlanjut hingga kota Bogor. Menikmati nasi Padang terenak di kota Bogor. Anggap terenak karena kami saat itu sedang kelaparan. 

Baru saja melanjutkan perjalanan setelah makan tiba-tiba terdengar suara adzan Ashar. Waktu semakin bergulir dan perjalanan masih panjang. 

kami tersesat lama dan terkena macet sempat bolak balik juga karena rambu-rambu lalu lintas di kota Bogor kurang jelas bagi pendatang baru. Sampai akhirnya posisi kami sudah tidak sesuai lagi dengan jalur Google Map. Kondisi mata yang tidak bisa diajak kompromi harus dihentikan dulu dengan kopi hitam sambil sedikit peregangan agar otot tidak pegal.

Matahari sudah tidak terasa panas lagi. Mungkin inilah yang dimaksud sore. Kami pun melanjutkan perjalanan. Kulihat wajah istriku lelah tapi dia tetap tersenyum. Kerudungnya berdebu, wajahnya kusam terkena asap dan debu jalanan. Alhamdulillah, ada mesjid yang enak untuk parkir motor dan kami pun sholat Ashar.

Perjalanan pun berlanjut. Langit terlihat mendung dari arah timur. “Mudah-mudahan tidak hujan” kataku. Ada perasaan menyesal karena sudah membawa istriku naik motor sejauh ini. Andaikan saja dia naik bis, pasti sudah sampai tujuan. Tak apa saya lelah, tapi jangan dengan istriku. Benar-benar saya sangat menyayanginya.

Hingga sampai kota Tanggerang Selatan, hujan sudah mulai rintik-rintik. Kami berhenti untuk mengenakan jas hujan dan berlanjut lagi menerobos hujan. Sedikit-sedikit, air masuk ke dalam badan kami karena jas yang dikenakan memang sudah usang. Hujan semakin besar dan kami pun berhenti di Indomaret sampai terdengar Adzan Magribh. Kondisi badan yang basah setengah kuyup dan perjalanan masih jauh, kami putus kan untuk sholat Maghrib dengan men-jama’-nya.
Setelah hujan berhenti, kami pun melanjutkan perjalanan menuju kota Tanggerang. Malam sudah menyapa kita di kota Tanggerang. Tiba-tiba, hujan besar datang membuat kami basah kuyup. Tidak bisa langsung berhenti karena saat itu mobil-mobil truk besar berada di depan dan di belakang kami. Untunglah ada pom bensin dan sesegera kami ke sana untuk isi bensin sekalian mengenakan jas hujan yang sudah usang tadi. Lumayan tidak membuat kami kedinginan.

Menyadari perjalanan masih panjang, kami pun menerobos hujan. Jalan licin, kadang kami temukan tanah merah di jalanan, ditambah mobil besar pabrik yang kebut-kebutan, dan malam membatasi pandangan saya dalam berkendaraan. Hujan besar pun melengkapi senyumku.

Alhamdulillah akhirnya sampai juga kami di tujuan. Perjalanan dari Bandung pukul 6.00 sampai Serang pukul 21.30. perjalan yang sangat melelahkan. Sungguh indah untuk dikenang.

Perjalanan terjal tersebut memotivasi saya untuk selalu berusaha. Terus berusaha jangan lemah. Harus punya tekad yang kuat. Terus berpikir. Terus berpikir. Terus berpikir. Gunakan seluruh tenaga daya upaya.  Alhamdulillah akhirnya saya keterima CPNS Kementerian Sosial. Semoga membuat istriku bangga dan bahagia.

One thought on “Masa-masa Indah bersamamu

Leave a comment